Pengalaman
adalah guru yang paling berharga dalam kehidupan, maka jangan merasa rugi
terhadap apa yang pernah dilalui.
Mungkin banyak dari kita dan
sahabat-sahabat semua yang mendapat amanah dan penuh tantangan, apalagi pengen
mencoba hal yang baru alias belum ada pengalaman disana. Hal ini masih terekam
dalam jejak memoar saya yang mendapat pengalaman amanah dimana belum merasa ada
keahlian. Padahal sudah ada kaidahnya “jika
sesuatu itu tidak diserahkan kepada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.
Berat memang, tapi ada rasa keingintahuan dan ingin punya pengalaman dibidang
tersebut akhirnya saya putuskan untuk menerima amanah berat itu, dan tentu
dengan penuh pertimbangan yang berat pula.
Antara Kampung Halaman
dan Amanah
Pertengahan
November 2009, waktu dimana saya akhirnya menerima amanah tersebut, atau
tepatnya 40 hari setelah musibah yang mengingatkan saya akan kampung halaman
yakni Gempa 30 September 2009 Sumatera Barat, dengan penuh rasa mengharu biru
dalam diri, akan beratnya diri yang baru sebulan berada di Tanah Keraton setelah
meninggalkan Nagari Padangpariaman yang dirundung malang. Ah, saya berfikir
Allah Maha Tahu yang terbaik bagi hambaNya, hingga saya memutuskan untuk
menjalankan amanah baru tersebut sembari tetap memikirkan, “apa kabar keluarga saya dirumah ?, sudahkah banyak bantuan yang datang
untuk kampung halaman saya disana ?” (galaumodeon).
Menjadi Ketua Tim
Sukses
Tim sukses calon ketua BEM KMFT, pada
tahun-tahun sebelumnya saya memang pernah menjadi anggota dan berpartisipasi
dalam kampanye waktu itu. Namun sekarang, menjadi ketua tim sukses adalah hal
yang belum pernah terbayangkan dari sebelum-sebelumnya. Bakat siyasi dan
berpartisipasi dalam organisasi siyasipun tidak terlalu aktif, karena sejak
kaki saya menginjak bumi grafika (kampus teknik)untukpertama kalinya, saya
sangat tertarik dengan yang namanya Mushola Teknik, bukan KMT (SKInya Fakultas
Teknik) melainkan Mushollanya (yang ukurannya kayak masjid tapi tetap aja
disebut musholla). Sebab sejak SMA saya memang bukan seorang yang
organisatoris, bukan juga ahli juru dakwah di Rohis SMA, melainkan orang yang senang
kalau berada di masjid, karena masjid merupakan rumah Allah yang multifungsi
buat saya, bisa buat tilawah, belajar, ngerjain PR dan bahkan buat tidur
sekalipunJ. Belum lagi tidak pernah sama sekali ikut KAMMI
yang notabene orang-orangtarbiyah siyasi melatih kesiyasiannya disana semua.
Tapi apadaya, namanya amanah kalau ditolak, ntah siapa yang menjalankan, kalau
diterima belum tahu lagi bisa optimal apa nggak. Yaa.., yang penting bismillah
saja.
Pekerjaan yang tak mudah memang, karena selain
belum ada pengalaman dan skill, pun memimpin rekan-rekan yang siap bekerja
untuk memenangkan calon ketua BEM yang kita usung bukanlah hal yang mudah. Tapi
mengingat alasan dalam menerima amanah yakni setidaknya ada 2 pilihan menurut
saya pribadi, pertama karena memang
sudah ahlinya atau yang kedua diminta
untuk belajar. Dan alasan kedua inilah yang membuat saya yakin akan
tantangan dan menjalankan amanah ini.
Jalannya Tim Sukses
Perihal yang sulit adalah ketika saya
yang menjadi ketua tim sukses, masih memiliki amanah yang belum terselesaikan
yaitu kepala bidang Pelayanan Umat Keluarga Muslim Teknik XII. Secara aye orang masjid ini atau tepatnya
yang ngurusin musholla teknik, trus jadi tim sukses, ketuanya lagi, ya
rada-rada bingung gitu sih -,- , tapi disini tantangan menariknya, saya
memposisikan diri “diluar” tak
seperti orang yang mendukung pihak manapun (kebetulan calonnya cuma dua waktu
itu). Soalnya banyak juga dari teman-teman saya yang lain, nan mendukung tim
calon lain malah ngajak saya buat dukung calon mereka, dan mengira salah
seorang teman tim sukses saya yang jadi otak alias ketua tim suksesnya. Sampai
punya cerita begini dengan ketua tim sukses lain sebut saja brader W yang begitu semangatnya
ngajakin saya buat gabung untuk mendukung tim suksesnya brader W . “Saya sangat tahu, calon yang usung ini punya dedikasi
yang tinggi terhadap Teknik, ingin menyatukan teknik..bla..bla..dst.” lugas si
brader W ini. Dan dengan sedikit bercanda melempar senyuman pada brader W ini,
“iya ya, hebat sih calon yang kamu usung, tapi saya masih condong ke iqbal
(calon ketua BEM yg saya usung) ee, namun kalau kamu yang maju, bisa jadi saya
berubah pikiran lo, dilihat dari gaya ngobrolmu yang cukup meyakinkan”. Dengan
sedikit senyuman, si brader W ini terdiam melihat saya. J
Hal yang paling teringat bagi saya ketika
memimpin syuro tim sukses adalah ketika dengan suara yang agak lantang
menyampaikan kepada forum, “kita siap
maju, berarti kita siap untuk kalah, karena hasil yang kita dapat sesuai dari
ikhtiar yang kita lakukan.”, dan sesaat setelah saya sampaikan hal itu,
terdengar isak tangis dari area akhwat, ntah siapa yang nangis saya juga kurang
tahu, tapi saya masih mikir, memangnya saya terlalu keras ya ngomongnya, “ah biarkan sajalah”, gubris saya dalam
hati. Sebab saya merasa kerja dan ikhtiar kita dalam memprjuangkan untuk
memenangkan calon masih belum optimal, dan saya merasa rekan-rekan tim sukses
belum sesemangat ketika saya dan teman-teman pada tahun sebelumnya juga menjadi
tim sukses. Hal ini saya rasakan karena melihat yang bekerja waktu itu hanya
segelintiran orang, padahal tahun sebelumnya, yang membuat saya semangat adalah
rame-rame kerja dalam menginisiasi kampanye calon ketua BEM yang kita usung.
Tentu sebagai ketua tim, ada perlunya saat dimana kita marah yang menunjukkan
suatu ketegasan alias marah karena kebutuhan, bukan marah lantaran emosi. Tapi
yang tak saya sangka adanya salah seorang akhwat yang terisak ketika suara
lantang saya keluar (maklum tipe orang sumateranya keluar..^^), sehingga
sedikit merasa bersalah juga karena ngomongnya emang rada keras, di masjid
pula. J
Singkat cerita, atas izin Allah dan
dengan perjuangan maksimal, Alhamdulillah Allah perkenankan calon ketua BEM
yang kita usung yakni Al Akh Muhammad Iqbal Muharram Ruhyanto terpilih menjadi
ketua BEM yang menjabat pada tahun awal tahun 2010 waktu itu. Dan saya yakin,
yang saya lakukan tentunya bukan atas diri saya yang telah memimpin rekan tim
sukses saja, melainkan karena ketokohan seorang Akh Iqbal yang sebelumnya
memang sudah lebih dikenal masyarakat teknik. Belum lagi Akh Dimas Agil dan
ukhti Rindi sebagai partnernya Akh Iqbal selama di BEM, membuat saya terbantu
atas informasi dan pengetahuan beliau yang cukup terasah di dunia persilatan
siyasi. Meski pernah satu kali saya sampaikan kepada Dimas dan Rindi seperti
ini, “mbok saya itu yang ngarahin antum,
kok malah kebalik ya, seperti saya yang lebih ahli daripada antum, saya itu gak
punya bakat siyasi lo, masuk KAMMI saja nggak”, tegas saya yang kembali
dengan suara lantangnya. Dan rekan-rekan tim sukses yang sangat dan selalu
semangat, membuat saya bangga dan sulit melupakan mereka dalam tim yang saya
pimpin. Karena selain kerja-kerja teknis lapangan yang begitu banyak untuk
calon yang kita usung di Fakultas Teknik, tim sukses ini juga diminta membantu
mensukseskan calon ketua BEM KM UGM, yang waktu itu mas Aza El Munandiyan
menjadi calon yang diusung teman-teman tarbiyah. Otomatis kerja-kerja lapangan
kita harus disingkronkan antara calon Universitas dan calon Fakultas.
Senantiasa Berhusnuzhan
Tentu pengalaman berharga ini sangat
tidak terlupakan bagi saya, yang notabene bukan ahli dibidang tersebut, tapi
saya senantiasa berhusnuzhan bahwa teman-teman yang meminta saya untuk menjadi
ketua tim sukses waktu itu, ingin membuat
saya belajar tentang dunia siyasi, meski hanya dalam waktu singkat dan
sedikit yang didapat, “lah wong cuma sebulan
jadi tim sukses kok”, karena dunia BEM sebagai wasilah dakwah dan KAMMI
sebagai wajihah dakwah, merupakan tempat yang tepat dalam melatih kepakaran
seseorang di ranah siyasi, meski tak sepenuhnya harus disana, karena siyasi
bukan saja lini yang mesti dikuasai, melainkan skill yang harus diperankan
sebagai seorang kader dakwah. Sebab bisa jadi dakwah ini belum tentu
berkembang, dikarenakan strategi siyasi kita dalam memperluas jaringan dakwah
yang belum terasah.
Semoga sedikit pengalaman yang sampaikan
ini ada sedikit pelajaran yang bisa di ambil. Mulai dari alasan
menerima amanah, menjalankan amanah, hingga akhir menyelesaikan amanah dengan
baik, membuat diri saya dan kita semua menjadi lebih bijak dalam beramanah. Dan
tentu nilai-nilai husnuzhan yang lebih utama kepada Allah yang kita kedepankan,
agar diri kita bisa selalu lebih dekat kepadaNya dan menjaga niat kita untuk
senantiasa baik dan lurus. Semoga tulisan ini juga bisa menjadi ucapan terima
kasih yang tak terhingga dan bentuk dedikasi saya yang sangat bangga kepada teman-teman
tim sukses yang pernah saya pimpin, karena belum tentu sekarang saya jadi bisa
belajar sedikit-banyaknya tentang ranah siyasi, tanpa takdir Allah yang
tetapkan melalui perantara mereka.Wallahu’alam. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas masukannya...
semoga menjadi lebih baik