Selasa, 31 Juli 2012

Belajar Siyasi dari Tim Sukses


         Pengalaman adalah guru yang paling berharga dalam kehidupan, maka jangan merasa rugi terhadap apa yang pernah dilalui.

      Mungkin banyak dari kita dan sahabat-sahabat semua yang mendapat amanah dan penuh tantangan, apalagi pengen mencoba hal yang baru alias belum ada pengalaman disana. Hal ini masih terekam dalam jejak memoar saya yang mendapat pengalaman amanah dimana belum merasa ada keahlian. Padahal sudah ada kaidahnya “jika sesuatu itu tidak diserahkan kepada ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. Berat memang, tapi ada rasa keingintahuan dan ingin punya pengalaman dibidang tersebut akhirnya saya putuskan untuk menerima amanah berat itu, dan tentu dengan penuh pertimbangan yang berat pula.

Antara Kampung Halaman dan Amanah

Pertengahan November 2009, waktu dimana saya akhirnya menerima amanah tersebut, atau tepatnya 40 hari setelah musibah yang mengingatkan saya akan kampung halaman yakni Gempa 30 September 2009 Sumatera Barat, dengan penuh rasa mengharu biru dalam diri, akan beratnya diri yang baru sebulan berada di Tanah Keraton setelah meninggalkan Nagari Padangpariaman yang dirundung malang. Ah, saya berfikir Allah Maha Tahu yang terbaik bagi hambaNya, hingga saya memutuskan untuk menjalankan amanah baru tersebut sembari tetap memikirkan, “apa kabar keluarga saya dirumah ?, sudahkah banyak bantuan yang datang untuk kampung halaman saya disana ?” (galaumodeon).

Menjadi Ketua Tim Sukses

      Tim sukses calon ketua BEM KMFT, pada tahun-tahun sebelumnya saya memang pernah menjadi anggota dan berpartisipasi dalam kampanye waktu itu. Namun sekarang, menjadi ketua tim sukses adalah hal yang belum pernah terbayangkan dari sebelum-sebelumnya. Bakat siyasi dan berpartisipasi dalam organisasi siyasipun tidak terlalu aktif, karena sejak kaki saya menginjak bumi grafika (kampus teknik)untukpertama kalinya, saya sangat tertarik dengan yang namanya Mushola Teknik, bukan KMT (SKInya Fakultas Teknik) melainkan Mushollanya (yang ukurannya kayak masjid tapi tetap aja disebut musholla). Sebab sejak SMA saya memang bukan seorang yang organisatoris, bukan juga ahli juru dakwah di Rohis SMA, melainkan orang yang senang kalau berada di masjid, karena masjid merupakan rumah Allah yang multifungsi buat saya, bisa buat tilawah, belajar, ngerjain PR dan bahkan buat tidur sekalipunJ. Belum lagi tidak pernah sama sekali ikut KAMMI yang notabene orang-orangtarbiyah siyasi melatih kesiyasiannya disana semua. Tapi apadaya, namanya amanah kalau ditolak, ntah siapa yang menjalankan, kalau diterima belum tahu lagi bisa optimal apa nggak. Yaa.., yang penting bismillah saja.
      Pekerjaan yang tak mudah memang, karena selain belum ada pengalaman dan skill, pun memimpin rekan-rekan yang siap bekerja untuk memenangkan calon ketua BEM yang kita usung bukanlah hal yang mudah. Tapi mengingat alasan dalam menerima amanah yakni setidaknya ada 2 pilihan menurut saya pribadi, pertama karena memang sudah ahlinya atau yang kedua diminta untuk belajar. Dan alasan kedua inilah yang membuat saya yakin akan tantangan dan menjalankan amanah ini.


Jalannya Tim Sukses

      Perihal yang sulit adalah ketika saya yang menjadi ketua tim sukses, masih memiliki amanah yang belum terselesaikan yaitu kepala bidang Pelayanan Umat Keluarga Muslim Teknik XII. Secara aye orang masjid ini atau tepatnya yang ngurusin musholla teknik, trus jadi tim sukses, ketuanya lagi, ya rada-rada bingung gitu sih -,- , tapi disini tantangan menariknya, saya memposisikan diri “diluar” tak seperti orang yang mendukung pihak manapun (kebetulan calonnya cuma dua waktu itu). Soalnya banyak juga dari teman-teman saya yang lain, nan mendukung tim calon lain malah ngajak saya buat dukung calon mereka, dan mengira salah seorang teman tim sukses saya yang jadi otak alias ketua tim suksesnya. Sampai punya cerita begini dengan ketua tim sukses lain sebut saja brader W yang begitu semangatnya ngajakin saya buat gabung untuk mendukung tim suksesnya brader W . “Saya sangat tahu, calon yang usung ini punya dedikasi yang tinggi terhadap Teknik, ingin menyatukan teknik..bla..bla..dst.” lugas si brader W ini. Dan dengan sedikit bercanda melempar senyuman pada brader W ini, “iya ya, hebat sih calon yang kamu usung, tapi saya masih condong ke iqbal (calon ketua BEM yg saya usung) ee, namun kalau kamu yang maju, bisa jadi saya berubah pikiran lo, dilihat dari gaya ngobrolmu yang cukup meyakinkan”. Dengan sedikit senyuman, si brader W ini terdiam melihat saya. J
      Hal yang paling teringat bagi saya ketika memimpin syuro tim sukses adalah ketika dengan suara yang agak lantang menyampaikan kepada forum, “kita siap maju, berarti kita siap untuk kalah, karena hasil yang kita dapat sesuai dari ikhtiar yang kita lakukan.”, dan sesaat setelah saya sampaikan hal itu, terdengar isak tangis dari area akhwat, ntah siapa yang nangis saya juga kurang tahu, tapi saya masih mikir, memangnya saya terlalu keras ya ngomongnya, “ah biarkan sajalah”, gubris saya dalam hati. Sebab saya merasa kerja dan ikhtiar kita dalam memprjuangkan untuk memenangkan calon masih belum optimal, dan saya merasa rekan-rekan tim sukses belum sesemangat ketika saya dan teman-teman pada tahun sebelumnya juga menjadi tim sukses. Hal ini saya rasakan karena melihat yang bekerja waktu itu hanya segelintiran orang, padahal tahun sebelumnya, yang membuat saya semangat adalah rame-rame kerja dalam menginisiasi kampanye calon ketua BEM yang kita usung. Tentu sebagai ketua tim, ada perlunya saat dimana kita marah yang menunjukkan suatu ketegasan alias marah karena kebutuhan, bukan marah lantaran emosi. Tapi yang tak saya sangka adanya salah seorang akhwat yang terisak ketika suara lantang saya keluar (maklum tipe orang sumateranya keluar..^^), sehingga sedikit merasa bersalah juga karena ngomongnya emang rada keras, di masjid pula. J
      Singkat cerita, atas izin Allah dan dengan perjuangan maksimal, Alhamdulillah Allah perkenankan calon ketua BEM yang kita usung yakni Al Akh Muhammad Iqbal Muharram Ruhyanto terpilih menjadi ketua BEM yang menjabat pada tahun awal tahun 2010 waktu itu. Dan saya yakin, yang saya lakukan tentunya bukan atas diri saya yang telah memimpin rekan tim sukses saja, melainkan karena ketokohan seorang Akh Iqbal yang sebelumnya memang sudah lebih dikenal masyarakat teknik. Belum lagi Akh Dimas Agil dan ukhti Rindi sebagai partnernya Akh Iqbal selama di BEM, membuat saya terbantu atas informasi dan pengetahuan beliau yang cukup terasah di dunia persilatan siyasi. Meski pernah satu kali saya sampaikan kepada Dimas dan Rindi seperti ini, “mbok saya itu yang ngarahin antum, kok malah kebalik ya, seperti saya yang lebih ahli daripada antum, saya itu gak punya bakat siyasi lo, masuk KAMMI saja nggak”, tegas saya yang kembali dengan suara lantangnya. Dan rekan-rekan tim sukses yang sangat dan selalu semangat, membuat saya bangga dan sulit melupakan mereka dalam tim yang saya pimpin. Karena selain kerja-kerja teknis lapangan yang begitu banyak untuk calon yang kita usung di Fakultas Teknik, tim sukses ini juga diminta membantu mensukseskan calon ketua BEM KM UGM, yang waktu itu mas Aza El Munandiyan menjadi calon yang diusung teman-teman tarbiyah. Otomatis kerja-kerja lapangan kita harus disingkronkan antara calon Universitas dan calon Fakultas.

Senantiasa Berhusnuzhan

      Tentu pengalaman berharga ini sangat tidak terlupakan bagi saya, yang notabene bukan ahli dibidang tersebut, tapi saya senantiasa berhusnuzhan bahwa teman-teman yang meminta saya untuk menjadi ketua tim sukses waktu itu, ingin membuat saya belajar tentang dunia siyasi, meski hanya dalam waktu singkat dan sedikit yang didapat, “lah wong cuma sebulan jadi tim sukses kok”, karena dunia BEM sebagai wasilah dakwah dan KAMMI sebagai wajihah dakwah, merupakan tempat yang tepat dalam melatih kepakaran seseorang di ranah siyasi, meski tak sepenuhnya harus disana, karena siyasi bukan saja lini yang mesti dikuasai, melainkan skill yang harus diperankan sebagai seorang kader dakwah. Sebab bisa jadi dakwah ini belum tentu berkembang, dikarenakan strategi siyasi kita dalam memperluas jaringan dakwah yang belum terasah.
      Semoga sedikit pengalaman yang sampaikan ini ada sedikit pelajaran yang bisa di ambil. Mulai dari alasan menerima amanah, menjalankan amanah, hingga akhir menyelesaikan amanah dengan baik, membuat diri saya dan kita semua menjadi lebih bijak dalam beramanah. Dan tentu nilai-nilai husnuzhan yang lebih utama kepada Allah yang kita kedepankan, agar diri kita bisa selalu lebih dekat kepadaNya dan menjaga niat kita untuk senantiasa baik dan lurus. Semoga tulisan ini juga bisa menjadi ucapan terima kasih yang tak terhingga dan bentuk dedikasi saya yang sangat bangga kepada teman-teman tim sukses yang pernah saya pimpin, karena belum tentu sekarang saya jadi bisa belajar sedikit-banyaknya tentang ranah siyasi, tanpa takdir Allah yang tetapkan melalui perantara mereka.Wallahu’alam. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas masukannya...

semoga menjadi lebih baik